Ketika Buku Menjadi Barang Mewah: Mengapa Literasi di Indonesia Masih Jalan di Tempat?

Buku termahal di dunia

Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi besar dan budaya yang beragam. Namun, di balik keberagaman tersebut, terdapat sebuah permasalahan mendasar yang masih sulit teratasi: tingkat literasi yang stagnan. Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Salah satu faktor utama yang memperburuk kondisi ini adalah harga buku yang semakin mahal, menjadikannya barang mewah yang sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat. Lantas, mengapa harga buku begitu mahal di Indonesia? Apa dampaknya terhadap literasi, dan bagaimana solusinya?

Harga Buku yang Semakin Mahal

Buku di Indonesia memiliki harga yang relatif tinggi dibandingkan daya beli masyarakatnya. Beberapa faktor yang menyebabkan harga buku mahal antara lain:

  1. Pajak dan Biaya Produksi Tinggi Pajak kertas dan tinta masih menjadi salah satu faktor utama yang membuat harga buku semakin tinggi. Selain itu, biaya percetakan dan distribusi yang mahal turut menyumbang tingginya harga buku di pasaran.
  2. Minimnya Subsidi untuk Buku Berbeda dengan beberapa negara lain yang memberikan subsidi bagi industri perbukuan, Indonesia masih belum memiliki kebijakan khusus yang membantu menekan harga buku agar lebih terjangkau bagi masyarakat.
  3. Monopoli dan Distribusi Terbatas Sebagian besar penerbit besar di Indonesia menguasai pasar, sehingga harga buku sulit ditekan. Selain itu, distribusi buku ke daerah-daerah terpencil masih menjadi tantangan, membuat harga buku di luar kota besar jauh lebih mahal.

Dampak terhadap Literasi di Indonesia

Harga buku yang tinggi menyebabkan akses terhadap bahan bacaan menjadi terbatas, yang pada akhirnya berdampak pada tingkat literasi masyarakat. Beberapa dampak yang bisa diamati antara lain:

  1. Minat Baca Rendah Dengan harga buku yang mahal, masyarakat cenderung lebih memilih hiburan digital seperti media sosial dan televisi. Minat baca yang rendah semakin diperparah dengan kurangnya akses terhadap perpustakaan yang memadai.
  2. Ketimpangan Akses Pendidikan Di daerah perkotaan, anak-anak masih bisa mengakses buku melalui perpustakaan sekolah atau toko buku besar. Namun, di daerah terpencil, buku menjadi barang langka yang hanya bisa dimiliki oleh segelintir orang.
  3. Kurangnya Budaya Literasi Sejak Dini Anak-anak yang tidak terbiasa membaca sejak kecil akan tumbuh menjadi generasi yang kurang menghargai pentingnya literasi. Hal ini akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Upaya Meningkatkan Literasi di Indonesia

Meski tantangan literasi di Indonesia cukup besar, masih ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Berikut beberapa langkah yang dapat diterapkan:

  1. Menekan Harga Buku dengan Subsidi Pemerintah dapat memberikan subsidi untuk produksi buku, terutama buku pelajaran dan literatur anak-anak, sehingga lebih terjangkau bagi masyarakat luas.
  2. Penguatan Perpustakaan Digital Pemanfaatan teknologi digital dalam penyediaan buku dapat menjadi solusi efektif. Platform perpustakaan digital seperti iPusnas dan Let’s Read bisa dikembangkan lebih lanjut agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses buku secara gratis.
  3. Gerakan Donasi dan Tukar Buku Komunitas literasi dapat menggalakkan program donasi atau tukar buku di berbagai daerah untuk memastikan bahwa semua orang memiliki akses terhadap bacaan berkualitas.
  4. Penyuluhan dan Edukasi Literasi Sejak Dini Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya membaca sejak dini dapat membantu membentuk kebiasaan membaca yang berkelanjutan. Program seperti read aloud di sekolah-sekolah bisa menjadi langkah awal yang baik.

Kesimpulan

Ketika buku menjadi barang mewah, literasi akan sulit berkembang. Tingginya harga buku di Indonesia menjadi salah satu penyebab utama rendahnya minat baca masyarakat. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, penerbit, dan komunitas literasi. Dengan menyediakan akses buku yang lebih terjangkau dan menanamkan budaya literasi sejak dini, kita dapat menciptakan generasi yang lebih cerdas dan berdaya saing tinggi di masa depan. Karena pada akhirnya, literasi bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih baik.

Baca juga : Buku Murah atau Buku Berkualitas? Dilema Besar Perbukuan di Indonesia